Minggu, 30 Oktober 2011

Membiasakan Gemar Membaca

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptkan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah, Yang Mengajarkan (manusia) dengan perantara kalam, Dia Mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”. (Q.S. Al-Alaq 96:1-5)





Perintah Membaca

Perintah membaca merupakan perintah yang sangat berharga yang diperintahkan kepada manusia. Sebagaimana telah dtetapkan Allah bahwa wahyu sebagai wahyu yang pertama diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara malaikat Jibril dibulan Ramadhan, dengan seruan “Iqra’ bismi rabbikal-ladzii khalaq”, yang artinya ”Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan”. Perintah membaca ini oleh Allah dianggap penting sehingga di wahyukan pertama dan diulang tiga kali di dalam ayat ini, yaitu surah Al-Alaq ayat 1-3.

Ketika malaikat Jibril menyuruh Nabi Muhammad SAW untuk membaca tentu saja membuat beliau kaget, karena selama ini Nabi SAW dikenal sebagai ummi, atau buta aksara, atau buta huruf, yaitu orang yang tidak bisa baca tulis. Wajar pula kalau kita bertanya-tanya kenapa orang yang tidak pandai baca-tulis diperintahkan untuk membaca. Rasa heran ini terjawab karena memang perintah Allah untuk membaca ini tidak semata ditunjukkan kepada pribadi Rasulullah, namun juga untuk seluruh umat manusia di dunia ini sampai akhir zaman nanti.

Dan kalau kita telusuri, perintah “bacalah” ini, tidak kita temukan apa obyek yang harus dibaca. Dalam ayat ini perintah membaca memang tidak dikaitkan dengan suatu obyek tertentu, jadi perintah ini bersifat umum. Bisa diartikan dengan membaca buku, koran, majalah, atau bisa saja Kitab Suci dan bisa pula diartikan dengan membaca alam raya dan seluruh ciptaan Allah SWT yang ada di dunia

Kisah Turunnya Wahyu Pertama

Turunnya wahyu pertama yang berisi perintah membaca, diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Siti Aisyah RA dalam sebuah hadis yang panjang. Cuplikan singkat dari hadis tersebut adalah sebagai berikut ‘“Aisyah RA berkata: ‘‘Waktu itu Rasulullah SAW sedang menyendiri dan beribadah di Gua Hira dan dikejutkan dengan datangnya malaikat (Jibril) secara tiba-tiba, lalu berkata: ‘Bacalah!’ Rasulullah SAW menjawab: ‘Aku bukanlah seorang yang pandai  membaca’. Kata Rasulullah SAW, lalu dia mengambilku, kemudian memelukku hingga aku merasa kepayahan. Setelah itu dia melepaskanku, lalu dia mengatakan ‘bacalah’. Aku menjawab lagi ‘ Aku tidak pandai membaca’ lalu dia memelukku kembali, sehingga aku pun merasa kepayahan. Setelah itu dia melepaskanku dan mengatakan ‘bacalah’ Aku pun mengatakan lagi ‘ Aku tidak dapat membaca’. Untuk ketiga kalinya dia memelukku sehingga aku pun merasa payah. Setelah itu dia melepaskan aku dan membacakan. ‘Bacalah dengan nama Tuhanmu Yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmu-lah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar manusia dengan perantara kalam, Dia Mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya’.
Setelah menerima wahyu pertama itu Nabi SAW pun pulang. Sekujur tubuhnya bergetar. Setibanya di rumah Khadijah, beliau berkata ‘Selimutilah aku! Selimutilh aku!’ Khadijah pun segera menyelimutinya, sehingga rasa takut pun hilang dari beliau, lalu beliau berkata ’Wahai Khadijah, apa yang terjadi denganku?’ Kemudian Rasulullah SAW menceritakan peristiwa itu kepada Khadijah dan mengatakan ‘Aku sangat takut sesuatu akan menimpa diriku’. Lalu Khadijah berkata kepada beliau ‘ Sekali-kali tidak. Bergembiralah! Demi Allah, Allah tidak akan menghina kamu…’”’. (Tafsir Ibnu Katsir tentang surah Al-Alaq ayat 1-5).

Demikian kisah turunnya wahyu pertama, dengan dimulai perintah “bacalah” yang membuat Nabi SAW sangat ketakutan dan kepayahan.

Manfaat Membaca

Tentang manfaat membaca bagi setiap orang, tidak perlu diragukan lagi. Tentu saja ada yang istimewa dengan perintah membaca ini, sehingga Allah menempatkannya sebagai wahyu pertama-Nya. Sudah barang tentu ada banyak sekali manfaat yang dapat kita ambil dari kegiatan tersebut. Membaca ibarat ilmu sumur yang tidak pernah kering, semakin banyak membaca, semakin banyak ilmu yang dapat diambil. Dengan membaca, dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan sertadapat belajar dari pengalaman orang lain.

Membangun Peradaban

Prof. Dr. M. Quraish Shihab dalam bukunya yang berjudul “Lentera Hati”, menanggapi manfaat membaca, yaitu salah satunya ialah dapat membangun peradaban manusia. Berdasarkan penilitian, bacaan seseorang bisa mempengaruhi pada kualitas pribadinya, semakin mantap bacaan seseorang, maka semakin tinggi peradaban manusia. Kualitas dari bacaannya akan menghantarkan manusia kepada kemajuan atau kemunduran masyarakatnya.

Selain itu, dari hasil riset terakhir ilmu yang berhubungan dengan otak manusia, ditemukan bahwa bagi mereka yang rajin membaca buku dapat terhindar dari kerusakan jaringan otak di masa tuanya, bahkan berdasarkan penelitian para ahli, membaca buku dapat membantu seseorang untuk menumbuhkan syaraf-syaraf baru di otak dimana tumbuhnya sel-sel syaraf baru itu berlangsung hingga akhir hayatnya.

Gudang Ilmu

Buku adalah gudangnya ilmu dan hanya dengan membacanya kita dapat meraih berbagai macam ilmu pengetahuan darinya. Di zaman sekarang, di mana penerbitan sudah seperti jamur di musim hujan, sangatlah mudah mendapatkan buku yang kita inginkan. Beribu macam jenis buku bisa didapatkan di toko-toko buku, di emper-emper pertokoanatau bahkan sudah banyak dijajakan keliling, di dalam bus kota oleh para pedagang dan juga di halaman masjid ketika usai shalat Jum’at.

Sangat Bermanfaat

Ada buku-buku bacaan ringan seperti novel, komik, atau majalah hiburan, namun ada pula buku-buku ilmiah popular yang sarat ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia seperti buku cara berternak unggas, buku kuliner atau buku resep makanan, buku ensiklopedia yang berjilid-jilid dan buku-buku agama yang memuat berbagai masalah hidup beragama yang benar, juga jangan lupakan Kitab Suci dengan berbagai ukuran, sebagai pedoman hidup bagi manusia. Semua itu adalah gudang ilmu yang sudah tentu tidak ada manfaatnya kalau tidak pernah sama sekali kita membacanya. Semain banyak nuku yang kit abaca, semakin banyak juga ilmu dan wawasan yang kita dapatkan.

Kerajingan Baca

Coba kita tanyakan pada diri kita masing-masing, berapa jam sehari waktu yang kita pergunakan untuk membaca. Entah membaca koran, majalah, buku ilmiah atau membaca dan memahami Al-Qur’an… atau malah tidak pernah sekali pun hari-hari anda dimanfaatkan untuk membaca? Padahal kalau kita mau menelusuri kehidupan beberapa tokoh polular di dunia, ternyata mereka termasuk manusia yang “Kerajingan Membaca”, gila buku atau sering disebut biblioholic. Mereka membaca buku dimana pun dan kapan pun.
Gila Baca Buku

Konon ada beberapa tokoh dunia yang gila dalam hal membaca buku, diantaranya sebut saja Napoleon Bonaparte, saking sukanya ia membaca buku, dia sampai menyimpan lemari bukunya di dalam kereta yang ia tumpangi. Plyni Elder pelopor pembuat ensiklopedia, lebih suka naik kereta api yang tertutup agar dia dapat membaca buku dengan tenang. Banyak pula tokoh-tokoh Islam dunia yang menghabiskan waktunya hanya untuk menimbah ilmu agamanya dengan membaca dan menulis, seperti Ibnu Taimiyyah, Ibnu Qayyim, Ibnu Hajar, dll. Di Indonesia sendiri, Prof. Dr. Hamka adalah tokoh Islam yang rajin membaca dan menulis buku agama walau di dalam penjara sekalipun.
Baca Sambil Makan

Imam Nawawi menulis tentang penuturan Syaikh Abdul Azhim mengenai kehidupan Syaikh Ishaq bin Ibrahim al-Muradi, katanya: “Aku belum pernah melihat dan mendengar orang yang lebih banyak kesibukannya melebihi Ishaq bin al-Muradi. Beliau senantiasa terbenam dalam kesibukannya sepanjang siang hingga larut malam. Aku bertetangga dengan beliau. Setiap kali aku terjaga di keheningan malam selalu terbiasa sinar lentera dari dalam rumah beliau dan beliau terlihat sangat sibuk menimbah ilmu dengan membaca, bahkan sewaktu beliau sedang makan pun, masih menyempatkan diri untuk membaca kitab”.

Sejak Usia Dini

Berdasarkan penelitian para ilmuwan, kegemaran membaca sebaiknya dilatih sejak usia dini, bahkan ketika anak-anak belum mengenal huruf sekali pun. Anak-anak yang baru mulai bisa membaca sebaiknya orang tua membelikan buku bacaan yang cukup menarik bacanya, misalnya buku bacaan yang bergambar dengan warna yang menarik sehingga anak menyukainya. Karena gambar dan warna mampu meningkatkan daya ingat anak terhadap apa yang dibacanya.

Anak-anak yang sejak dini terbiasa dibacakan cerita oleh orang tuanya dapat menguasai 4.000 – 12.000 kosakata baru dalam setahun. Kita semua mengenal ulama besar yang madzabnya dipakai oleh sebagian besar umat Islam di Indonesia, yaitu Imam Asy-Syafi’i, beliau sejak usia dini suka dan sudah dibiasakan membaca kalam Allah SWT, sehingga ketika beliau berusia tujuh tahun beliau sudah hafal Al-Qur’an. Subhanallah!!! Bagaimana dengan kita??? (sumber : Lembaran Dakwah Uswatun Hasanah).  TAMAT

SEMOGA YANG SAYA TULIS INI BERMANFAAT BAGI KITA SEMUA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar