Selasa, 27 Desember 2011

Tersiksa Karena Mencuri Biting

“And anyone who has done an atom's weight of evil, shall see it,” (Q.S. Az-Zalzalah 99:8)



Dikisahkan bahwa ada seorang bernama Aldi (sebut saja begitu). Ia adalah pemuda yang mempunyai kebiasaan suka menggali kubur untuk mengambil tali kain kafan mayat yang baru saja dikubur,. “Katanya, tali itu digunakan untuk kesaktian,” kata nenek Sumirah yang mengetahui kejadian ini.

Kebiasaan Aldi ini telah berlangsung lama, dan sebenarnya ia sudah dicurigai. Akan tetapi, dikarenakan tidak ada bukti, jadi tidak ada yang mengadukannya ke polisi. Oleh sebab itu, apa yang Aldi lakukan ini selalu berjalan dengan lancar. Tetapi bukan tentang Aldi yang akan diceritakan, tetapi apa yang Aldi lihat saat melakukan hobinya tersebut.

Suatu saat, di suatu desa di luar pulau Jawa, terdapat seseorang yang cukup terpandang di masyarakatnya yang baru saja meninggal dunia. Entah dapat dari mana (mungkin dari mulut ke mulut), Aldi mengetahui peristiwa meninggalnya orang tersebut. Dia menyiapkan persiapan untuk menggali kubur seperti biasa. Beberapa jam setelah mayat tersebut dikubur, Aldi pun mulai beraksi di malam hari karena tidak ada orang yang melihat apalagi menjaga.

Aldi pun mulai menggali kubur orang yang cukup terpandang tersebut. Di tengah-tengah keasyikan Aldi menggali, Aldi pun terdiam sejenak karena kaget, ternyata jenazah yang baru dikubur tersebut sudah dalam keadaan terduduk dan kain kafannya pun berlumuran darah seolah-olah baru mengalami kecelakaan yang hebat. Serentak, Aldi keluar dari liang lahat dan lari tunggang-langgang.

Minggu, 25 Desember 2011

Perayaan Natal

“Never will the Jews or the Christians be satisfied with thee unless thou follow their form of religion. Say: "The Guidance of Allah,-that is the (only) Guidance." Wert thou to follow their desires after the knowledge which hath reached thee, then wouldst thou find neither Protector nor helper against Allah”. (Q.S. Al-Baqarah 2:120)


December, 25
Tanggal di atas adalah tanggal dimana umat Nasrani merayakan Hari Kelahiran Yesus Kristus atau biasa disebut Hari Raya Natal. Kata Natal sendiri berasal dari bahasa latin yang artinya Lahir. Dalam Islam, Yesus dikenal sebagai Isa Al-Masih bin Maryam, yang merupakan Nabi Allah, sedangkan umat Nasrani menyakini Yesus sebagai Tuhan.

Kata Isa sendiri berasal dari bahasa Ibrani yaitu Esau, kemudian dalam bahasa latin ditambahkan huruf Y pada awal dan S pada akhir kata Esau sehingga menjadi Yesus.  Sebutan Yesus menjadi lebih populer di antara umat Nasrani dibandingkan nama aslinya, yakni Esau. Sedangkan umat Islam tetap menggunakan nama E     sau yang dalam bahasa Arab dibaca Isa. Sedangkan kata Al-Masih berasal dari kata Masaha yang dalam bahasa Arab berarti mengusap dan orang Yunani mengubahnya menjadi kristos. Orang Eropa sendiri menyebutnya Christus atau Kristus yang berarti Juru Selamat atau Sang Penebus Dosa.

Peringatan Hari Raya Natal pertama kali diadakan oleh Paus Liberius dan pada abad ke 4 Masehi tanggal 25 Desember disahkan sebagai Hari Raya Natal oleh Kaisar Konstatin. Di dalam Bibel atau Kitab Injil, sebagai Kitab Suci umat Nasrani, tidak didapati Yesus merayakan hari kelahirannya dan tidak pernah pula memerintahkan murid-muridnya untuk memperingatinya.

Dan bahkan, tanggal 25 Desember yang menjadi tanggal kelahiran Yesus pun masih diragukan kebenarannya. Penetapan 25 Desember hanyalah hasil dari adopsi dari upacara adat kaum Paganis Politheisme yang setiap tanggal 25 Desember sebagai hari untuk memperingati kelahiran Dewa Matahari dengan mengadakan pesta rakyat. Kemiripan penyebutan Sun of God untuk Dewa Matahari dengan Sun of God untuk Yesus anak Tuhan (mengerti tidak? Kalau mengerti ya Alhamdulillah, kalau tidak mengerti belajar lagi) dimanfaatkan untuk umat Nasrani untuk menarik simpati umat Paganis Politheisme untuk masuk Katholik, sehingga tanggal 25 Desember dirayakanpula sebagai pesta kelahiran Sun of God atau Yesus.

Tata Cara Saat Memasuki Masjid

And the places of worship are for Allah (alone): So invoke not any one along with Allah”. (Q.S. Al-Jin 72:18)


Kata masjid secara bahasa berarti, tempat yang dipergunakan untuk sujud, sebagaimana Nabi Muhammad SAW bersabda, “… Dijadikanlah untukku bumi sebagai masjid dan alat bersuci, maka siapa saja dari umatku yang mendapatkan waktu sholat, hendaklah ia mengerjakan sholat (di mana saja ia berada).” (HR. Muttafaq alaih dari Jabir RA). Di dalam riwayat lain, disebutkan bahwa, “… Di mana saja kamu mendapati waktu sholat, maka kerjakanlah sholat, karena tempat itu merupakan masjid,” (HR. Muttafaq alaih dari Abu Dzar RA).

Arti masjid secara istilah syariah adalah sebuah bangunan tempat berkumpul umat Islam untuk menunaikan sholat wajib lima waktu untuk selamanya. Maka dari itu sesuai arti masjid, tanah lapang, alun-alun atau halaman luas yang dipergunakan untuk sholat Idul Fitri dan Idul Adha tidak bisa disebut sebagai masjid, hanya disebut sebagai mushalla yang artinya tempat sholat. Selama ini banyak orang mengartikan kata mushalla sebagai “masjid kecil” yang tidak digunakan untuk sholat Jum’at, padahal walaupun tidak dipakai sholat Jum’at tetap saja disebut masjid.

Allah’s house

Masjid adaah rumah Allah SWT atau disebut baitullah, yaitu tempat di mana umat Islam untuk beribadah dan bertaqarrub, mendekatkandiri kepada Allah SWT dengan melaksanakan sholat berjamaah, berzikir, berdo’a, tilawah atau membaca l-Qur’an dan ibadah-ibadah lainnya yang sifatnya mensyairkan agama Islam. Karena masjid merupakan rumah Allah SWT, maka semua tempat dan apa saja yang ada di dalam masjid pada hakikatnya adalah milik Allah SWT yang harus kita jaga dan kita rawat kebersihannya, bersih dari hal-hal yang sia-sia, perkataan yang tidak layak diucapkan dan segala perbuatan yang menodai kesucian masjid.

Amr bin Maimun RHM berkata, “Aku telah mengetahui beberapa sahabat, Rasulullah SAW berkata, ‘Masjid adalah rumah Allah dan sudah menjadi hak Allah untuk memuliakan orang yang mengunjungi-Nya,”’ Dan sudah menjadi kewajiban kita sebagai hamba-Nya untuk memakmurkan masjid (yang sesungguhnya saya juga sulit untuk melakukan), memuliakan dan menjaga kesuciannya.

Kamis, 15 Desember 2011

Senyum

Lyric

Manis wajahmu kulihat di sana
Apa rahsia yang tersirat
Tapi zahirnya dapat kulihat
Mesra wajahmu dengan senyuman
Senyuman 2x

Senyum tanda mesra
Senyum tanda sayang
Senyumlah sedekah yang paling mudah
Senyum di waktu susah
Tanda ketabahan
Senyuman itu tanda keimanan
Senyumlah 4x

Hati yang gundah terasa senang
Bila melihat senyum hatikan tenang
Tapi senyumlah seikhlas hati
Senyuman dari hati jatuh ke hati
Senyumlah 2x

Senyumlah seperti Rasulullah
Senyumnya bersinar dengan cahaya
Senyumlah kita hanya kerana Allah
Itulah senyuman bersedekah
Senyumlah 4x

Itulah sedekah yang paling mudah
Tiada terasa terhutang budi
Ikat persahabatan antara kita
Tapi senyum jangan disalah guna

Senyum 10x
Semyumlah kita
Senyumlah 6x

Demi Masa

 



Lyric

Demi masa...
Sesungguhnya manusia kerugian
Melainkan...
Yang beriman dan beramal saleh
Ah...

Demi masa...
Sesungguhnya manusia kerugian
Melainkan...
Nasihat kepada kebenaran dan kesabaran
Ah...

Gunakan kesempatan yang masih diberi
Moga kita takkan menyesal
Masa usia kita jangan disiakan
Kerna ia takkan kembali

Ingat lima perkara, sebelum lima perkara
Sihat sebelum sakit
Muda sebelum tua, kaya sebelum miskin
Lapang sebelum sempit
Hidup sebelum mati

Demi masa...
Sesungguhnya manusia kerugian
Melainkan...
Yang beriman dan beramal saleh
Ah...

Demi masa...
Sesungguhnya manusia kerugian
Melainkan...
Yang beriman dan beramal saleh
Ah...

Gunakan kesempatan yang masih diberi
Moga kita takkan menyesal
Masa usia kita jangan disiakan
Kerna ia takkan kembali

Ingat lima perkara, sebelum lima perkara
Sihat sebelum sakit
Muda sebelum tua, kaya sebelum miskin
Lapang sebelum sempit
Hidup sebelum mati
Ingat lima perkara, sebelum lima perkara
Sihat sebelum sakit
Muda sebelum tua, kaya sebelum miskin
Lapang sebelum sempit

Hidup sebelum mati
Sihat sebelum sakit
Muda sebelum tua

kaya sebelum miskin
Lapang sebelum sempit
Hidup sebelum mati
Hidup sebelum mati

Sabtu, 26 November 2011

1 Muharram datang

“Kemudian Kami jadikan kamu (Muhammad) berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu), maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui”. (Q.S. Al-Jaatsiyah 45:18)

Banyak sekali pertanyaan yang mencuat tentang 1 Muharram, diantaranya ialah sebagai berikut, “Dalam konteks hikmah kesejarahan, apa sebenarnya bedanya 1 Muharram dengan 10 Muharram? Hari yang bersejarah menurut sejarah dari umat Islam, 1 Muharram atau 10 Muharram kah atau mungkin keduanya-duanya? Kalau dikatakan keduanya-duanya, hikmah apakah yang terdapat di alik kedua hari tersebut?”

“Ada atau tidakkah perintah dari Allah dan tuntunan dari Nabi Muhammad SAW tentang merayakan 1 Muharram pada setiap tahun dengan ibadah ritual? Jikalau tidak, mengapa setiap tahun pada tanggal 1 Muharram banyak umat Islam merayakannya dengan menggelar berbagai ritual di masjid-masjid?”

“Apakah sesuai dengan syariat atau tidakkah untuk mengandekakan qiyamul lail secara berjamaah di masjid-masjid pada setiap malam pada tanggal 1 Muharram seperti yang sering dilakukan oeh beberapa komunitas muslim? Mengapa banyak sekali umat Islam mengimbau serta mengatakan bahwa 1 Muharram perlu diperingati dan dirayakan menyongsong kebangkitan umat pada abad 15 Hijriah? Ada atau tidakkah nash syariat yang mendukung pernyataan tersebut?”

“Lalu, apa yang dilakukan Rasulullah SAW dan para sahabat sepeninggal beliau pada saat menjelang tanggal 1 Muharram? Jikalau mereka tidak melakukan ritual khusus pada atau menjelang tanggal 1 Muharram tersebut, sesuai syariat atau tidak, kalau kita umat Islam yang hidup saat ini menetapkan sebuah konsensus, bahwa pada tanggal 1 Muharram harus diresmikan sebagai Hari Besar dan di kalender harus diberi angka merah serta dirayakan dengan ritual khusus demi syiar Islam? Kalau dikatakan tidak boleh, adakah nash syariat yang jelas dan pasti untuk mengharamkan atau melarangnya? Lalu yang terakhir, bolehkah puasa sunnah pada tanggal 1 Muharram tersebut?”

Selasa, 22 November 2011

Kesesatan Kaum Syi'ah

“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercera-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapatkan petunjuk”. (Q.S. An-Nahl 16:123)



Serupa tetapi tidak sama, itulah ungkapan yang sangat tepat untuk mengungkapkan bagaimana bedanya Islam dengan syi’ah. Secara penampilan, keduanya sangat sulit untuk dibedakan. Akan tetapi, jika ditelusuri lebih dalam lagi tepatnya dari sisi aqidah, sangat jelas perbedaan di antara keduanya yang bagaikan air dan minyak, yang jika ingin disatukan tidak akan mungkin bersatu. Supaya kaum muslimin tidak salah serta bisa mengentifikasi antara keduanya, siapa dan bagaimana syi’ah itu harus kita kenali terlebih, dan kita wajib berhati-hati dengannya.

Syi’ah menurut bahasa Arab berarti “Pembela dan pengikut seseorang” atau juga bisa diartikan “Setiap kaum yang berkumpul di atas suatu perkara.” (Tahzibul Lughah, 3/61 karya Azhari dan Tajul Arus, 5/405, karya Az-Zabidi). Adapula jika menurut terminologi syariah, mempunyai arti “Mereka yang menyatakan bagwa Ali bin Abi Thalib lebih utama dari seluruh sahabat dan lebih berhak untuk memegang tampuk kepemimpinan kaum muslimin, demikian pula anak cucu sepeninggal beliau.” (Al-Fishal Fil Milali Wal Ahwa Wan Nihal, 2/113, karya Ibnu Hazm).

Syi’ah dalam sejarahnya sendiri saja terpecah menjadi 5 sekte, diantaranya ialah Kaisaniyah, Imamiyyah (Rafidhah), Zaidiyyah, Ghulat dan Ismailiyyah. Dari 5 sekte tersebut, masih ‘beranak’ lagi menjadi lebih banyak. (Al-Milal Wan Nihal, hal. 147, karya Asy-Syihristani). Tetapi, yang akan saya bahas kali ini adalah tentang sekte Imamiyyah atau Syi’ah Rafidhah yang sejak dari dahulu sampai sekarang berjuang keras untuk menghancurkan Islam dan kaum Muslimin. Dengan banyak cara yang dilakukan oleh kelompok ini untuk terus menerus menebarkan berbagai macam kesesatannya.

Rafidhah menurut etimologi bahasa Arab berarti “meninggalkan” (Al-Qamus Al Muhith, hal. 829). Sedangkan menurut terminologi syariat adalah “Mereka yang menolak imamah (kepemimpinan) Abu Bakar dan Umar, berlepas diri dari keduanya, mencela lagi menghina para sahabat Nabi SAW.” (Badzlul Majhud fi itsbati Masyabahatir Rafidhah lil Yahud, 1/85, karya Abdullah Al-Jumaili).

Asy-Syaikh Abul Hasan Al-Asy’ari berkata, “Zaid bin Ali adalah seorang yang melebihkan Ali bin Abi Thalib atas seluruh sahabat Rasulullah SAW dan memandang bolehnya memberontak terhadap para pemimpin yang dianggap jahat. Maka ketika ia muncul di Kufah, di tengah-tengah para pengikut yang memba’iatnya, ia mendengar dari sebagian mereka celaan terhadap Abu Bakar dan Umar. Ia pun mengingkarinya, sehingga akhirnya mereka (para pengikutnya) meninggalkannya. Maka ia pun berkata ‘Rafadhlumuunii’ yang artinya kalian tinggalkan aku”. Maka dikatakannya bahwa penamaan mereka dengan Rafidhah dikarenakan perkataan Zaid bin Ali kepada mereka, ‘Rafadhtumuunii’ itu. (Maqalatul Islmiyyin, 1/137). Demikian pula dikatakan oleh syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dalam Majmu Fatawa, 13/36.

Tidak Semua Syi’ah Membenci

Rafidhah pasti syi’ah, tetapi syi’ah belum tentu Rafidhah. Itu dikarenakan tidak semua syi’ah membenci Abu Bakar dan Umar sebagaimana keadaan syi’ah Zaidiyyah.

Orang yang mencetuskan faham syi’ah Rafidhah adalah seorang Yahudi dari negeri Yaman (Shana’a) yang bernama Abdullah bin Saba Al-Himyari. Yang menampakkan keislamannya di masa kekhalifahan Ustman bin Affan. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata, “Asal Ar-Rafadh ini dari dari seorang munafik lagi zindiq Abdullah bin Saba Az-Zindiq. Ia tampakkan sikap ekstrim di dalam memuliakan Ali, dengan suatu slogan bahwa Ali yang berhak menjadi Imam (Khalifah) dan ia adalah seorang yang ma’shum.” (Majmu Fatawa, 4/435). Kemudian, bagaimanakah aqidah mereka? Dari kitab-kitab mereka yang terkenal dikatakan sebagai berikut

1.       Tentang Al-Qur’an di dalam kitab (mereka) Al-Kaafi, (seperti Shahih Bukhari), karya Abu Ja’far Muhammad bin Ya’kub Al-Kulaini, 2/634, dari Abu Abdullah (Ja’far Ash-Shidiq), ia berkata, “Sesungguhnya Al-Qur’an yang dibawa Jibril kepada Muhammad SAW (ada) 17.000 ayat.” Di dalam juz I, hal. 239-240, dari Abu Abdullah ia berkata, “Sesungguhnya di sisi kami ada mushaf Fatimah ‘alaihas salam, mereka tidak tahu apa tentang mushaf Fatimah itu, Abu Bashir berkata, ‘Apa mushaf Fatimah itu?’ ia (Abu Abdullah) berkata, ‘Mushaf 3 kali lipat dari apa yang terdapat di dalam mushaf kalian. Demi Allah, tidak ada satu huruf pun dari Al-Qur’an kalian…” (Dari kitab Asy-Syi’ah Wal Qur’an, hal. 31-32, karya Ilhsan ilahi Dzahir). Bahkan salah seorang ahli hadis mereka yang bernama Husain bin Muhammad At-Taqi An-Nuri Ath-Thabrisi telah mengumpulkan sekian banyak riwayat imam mereka yang ma’shum menurut mereka. Di dalam kitabnya Fashlul Khithab Fii Itsbati Kitabi Rabbil Arbab, yang menjelaskan bahwa Al-Qur’an yang ada ini telah mengalami perubahan dan penyimpangan.


2.        Tentang Sahabat (Sahabat Rasulullah) diriwayatkan oleh imam Al-Jarh wat Ta’dil di dalam kitabnya Rijalul Kisysyi hal. 12-13 dari Abu Ja’far Muhammad Al-Baqir bahwa ia berkata, “’Manusia (para sahabat) sepeninggal nabi, dalam keadaan murtad kecuali 3orang.” Maka aku (rawi) berkata. “Siapa 3 orang itu?” Ia (Abu Ja’far) berkata, “Al-Miqdad bin Al-Aswad, Abu Dzar Al-Ghifari dan Salman Al-Farisi…”’

Adapun sahabat nabi yang menjadi manusia terbaik setelah Rasulullah SAW, Abu Bakar as-Shiddiq dan Umar bin Khattab RA mereka cela dan disertai melaknat. Bahkan menurut mereka jika berlepas berlepas diri dari keduanya, merupakan bagian dari prinsip agama mereka. Karena menurut mereka merupakan bagian dari prinsip agama mereka, terdapat dalam kitab bimbingan do’a mereka (Miftahul Jinan, hal. 114) wirid laknat untuk keduanya, “Ya Allah, semoga shalawat selalu tercurahkan kepada Muhammad dan keluarganya, laknatilah kedua berhala Quraisy (Abu Bakar dan Umar), setan dan thaghut keduanya, serta kedua putri mereka (Ummul Mukminin ‘Aisyah dan Hafshah).” Dikutib dari kitab Al-Khuthuth Al-Aridhah, hal. 18, karya As-Sayyid Muhibbuddin Al-Khatib).

Mereka juga meyakini bahwa Abu Lu’lu Al-Majusi, orang yang membunuh Umar bin Khattab adalah seorang pahlawan yang bergelar “Baba Syuja Uddin” atau yang artinya seorang pemberani dalam membela agama. Hari kematian Umar pun dijadikan oleh mereka sebagai hari “Iedul Akbar”, kebanggaan, kemuliaan, kesucian, hari barokah, serta hari suka ria (Al-Khuthuth Al-Aridhah, hal. 18).

 Adapun ‘Aisyah dan para istri Rasulullah SAW lainnya, mereka yakini sebagai pelacur sebagaimana yang terdapat dalam kitab mereka Ikhtiyar Ma’rifatir Rijal, hal. 57-60. Karya Ath-Thusi dengan menggutib secara dusta perkataan sahabat Abdullah bin Abbas terhadap ’AisyahRA, “Kamu tidak lain hanyalah seorang pelacur dari Sembilan pelacur yang ditinggalkan Rasulullah…” (Dikutib dari kitab Daf’ul Kadzibil Mubin Al-Muftara Minarrafidhati ala Ummahatil Mukminin, hal. 11, karya Dr. Abdul Qadir Muhammad Atha).

Demikianlah, betapa sangat kejamnya dan kotornya mulut mereka. Oleh karena itu, Al-Imam Malik bin Anas berkata, “Mereka itu adalah suatu kaum yang berambisi untuk menghabisi Nabi SAW namun tidak mampu. Maka akhirnya mereka cela para sahabatnya agar kemudian dikatakan bahwa ia (Nabi Muhammad SAW) adalah seorang yang jahat, kalau memang ia orang salih, niscaya para sahabatnya adalah orang-orang salih.” (Ash-Sharimul Maslul ‘ala Syatimirrasul, hal. 580).

3.       Tentang Imamah (kepemimpinan), menurut mereka merupakan rukun Islam yang paling utama. Diriwayatkan dari Al-Kulaini dalam Al-Kaafi, 2/18 dari Zurarah dari Abu Ja’far, ia berkata, “’Islam dibagun di atas lima perkara,:…Sholat, Zakat, Haji, Shaum dan Wilayah (Imamah)…’ Zurarah berkata, ‘Aku katakana mana yang paling utama?’ ia berkata, “Yang paling utama adalah Wiayah.’” (Badzlul Majhud, 1/174). Imamah menurut mereka adalah hak Ali bin Abi Thalib dan keturunannya sesuai dengan nash wasiat Rasulullah SAW. Adapun selain mereka (Ahlul Bait) yang telah memimpin kaum muslimin dari Abu Bakar, Umar, dan sesudah mereka sampai hari ini, walaupun telah berjuang untuk Islam, menyebarkan dakwah dan meninggikan kalimatullah di muka bumi, serta memperluas dunia Islam, maka sesungguhnya mereka hingga hari kiamat adalah para penumpas (kekuasaaan) dikutib dari Al-Khuthuthu Al-Aridhah, hal. 16-17. Mereka juga berkeyakinan para imam ini juga ma’shum dan mengetahui hal-hal yang gaib.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dalam kitabnya Minhajus Sunnah, benar-benar secara rinci membantah satu-persatu kesesatan-kesesatan mereka.

4.       Tentang Taqiyyah (berkata atau berbuat sesuatu yang berbeda dengan keyakinan, dalam rangka nifaq, dusta dan menipu umat manusia),  mereka berkeyakinan bahwa Taqiyyah ini merupakan bagian dari agama, bahkan menurut mereka juga bisa sampai Sembilan per sepuluh agama. Al-Kulaini meriwayatkan dalam Al-Kaafi, 2/175 dari Abu Abdullah, ia berkata kepada Abu Umar Al-A’jami, “Wahai Abu Umar, sesungguhnya Sembilan per sepuluh agama ini adalah taqiyyah dan tidak ada agama bagi siapa  saja yang tidak bertaqiyyah.” (Firaq Mu’ashirah, 1/196). Oleh karena itu, Al-Imam Malik ketika ditanya tentang mereka, beliau berkata, “Jangan kamu berbincang dengan mereka dan jangan pula meriwayatkandari mereka, karena sesunggungnya mereka itu selalu berdusta.” Demikian pula Al-Imam Asy-Syafi’i berkata, “Aku belum pernah tahu ada yang melebihi Rafidhah dalam persaksian palsu.” (Mizanul I’tidal, 2/27-28, karya Al-Imam Adz Dzahabi).

5.       Tentang Raj’ah (keyakinan hidupnya orang yang telah meninggal), ahli tafsir mereka, Al-Qummi ketika mentafsirkan surah An-Nahl ayat 85, berkata, “Yang dimaksudkan dengan ayat tersebut adalah raj’ah, kemudian mengutip dari Husain bin Ali bahwa ia berkata tentang ayat ini ‘Nabi kalian Amirul Mukmini (Ali bin Abi Thalib) serta para imam ‘alaihimus salam akan kembali kepada kalian.”  (Atsaurat Tasyayyu ‘Alar Riwayatit Tarikhhiyyah, hal. 32, karya Dr. Abdul Aziz Nurwali).

6.       Tentang Al-Bada (mengetahui sesuatu yang sebelumnya tidak diketahui), mereka berkeyakinan bahwa Al-Bada ini terjadi pada Allah SWT. Bahkan mereka berlebihan dalam hal ini. Al-Kulaini dalam Al-Kaafi, 1/111, meriwayatkan dari Abu Abdullah, ia berkata, “Tidak ada pengagungan kepada Allah yang melebihi Al-Bada.” (Firaq Mu’ashiraah, 1/252). Suatu keyakinan kafir yang sebelumnya diyakini oleh kaum Yahudi.

Demikianlah beberapa dari sekian banyaknya prinsip Syi’ah Rafidhah, terlihat sangat-sangat, very-very, banget-banget jelas kesesatan dan penyimpangannya. Semoga kaum muslimin tidak tergelincir kepadanya. Inilah perkataan ulama tentang Syi’ah Rafidhah:
Asy-Syaikh r. Ibrahim Ar-Ruhalil di dalam kitabnya Al-Intishar Lish Shabbi Wal Aal, hal. 100-153 mengutip beberapa dari sekian banyak perkataan para ulama tentang mereka, diantaranya adalah:
Al-Imam Ahmad bin Hambal, berkata, “Bagiku sama saja apakah aku sholat di belakang Jahmi dan Rafidhi atau di belakang Yahudi dan Nashoro. Mereka tidak boleh diberi salam, tidak dikunjungi ketika sakit, tidak dinikahkan, tidak dijadikan saksi, dan tidak dimakan sembelihan mereka.” (sumber : Dikutip dari Asy-Syariah no. 05,Al-Ustadz Ruwaifi bin Sulaimi Al-Atsari, Lc.) TAMAT

SEMOGA YANG SAYA TULIS INI BERMANFAAT BAGI KITA SEMUA

Rabu, 09 November 2011

Senyum

Senyum itu adalah tanda dari kemesraan, tanda kasih sayang, serta senyuman adalah sedekah yang paling mudah. Senyuman saat sedang susah adalah tanda ketabahan, sedangkan senyuman itu tanda dari keimanan.

Hati yang gundah bisa terasa senang jika melihat senyuman seseorang, serta dengan melihat senyum bisa menenangkan hati. Akan tetapi, senyumlah seikhlas hati, karena senyuman dari hati jatuh ke hati.

Minggu, 06 November 2011

Idul Adha

 SELAMAT HARI RAYA IDUL ADHA 1432 H. JANGAN LUPA BERQURBAN BAGI YANG MAMPU

Minggu, 30 Oktober 2011

Bapaknya "banyak"

Sehabis sholat Maghrib, Gus Coy sudah berpakaian rapih. Ia bersemangat sekali karena sehabis Maghrib adalah jadwal mengaji ilmu Nahwu ke rumah Ustadz Rifa’i. Adalah suatu kebanggaan jika bisa mengaji Nahwu hingga selesai dengan Ustadz Rifa’i, sebab ia terkenal cerdas dan ahli dalam ilmu tata bahasa Arab tersebut. Wajar saja, Gus Coy tampak sangat antusias.

Materi hari itu yang diajarkan mala mini adalah mengenai masalah tanwin, harakat ganda yang merupakan tanda bunyi berujung ‘n’ dalam bahasa Arab. Seperti biasanya, sehabis berzikir, Ustadz Rifa’i langsung duduk di tempatnya untuk mengajar, sementara itu para santri semuanya sudah berkumpul. Maka pelajaran hari itu pun dimulai.

Seperti biasa, pelajaran dimulai dengan mengucapkan basmalah dan membaca surah Al-Fatihah. Suara dari Ustadz Rifa’i sangat berwibawa sehingga para santri mendengarkannya dengan seksama. “Jika pada pertemuan sebelumnya, kita sudah membahas tentang tanwin mutamakkin, maka pada kesempatan ini kita akan membahas mengenai tanwin tankir. Tanwin tankir adalah tanwin yang terdapat pada beberapa isim mabni seperti isim fi’il, isim alam, dan isim yang diakhiri oleh kata waihin yang berguna sebagai pembeda antara nakirah (kata umum yang mengarah kepada beberapa obyek) dan ma’rifah (kata khusus atau sangat jelas mengarah kepada obyek tertentu). Jika isim tersebut bertanwin, maka nakirah, jika tidak, maka ma’rifah,” kata Ustadz Rifa’i.


baca selengkapnya di sini

Membiasakan Gemar Membaca

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptkan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah, Yang Mengajarkan (manusia) dengan perantara kalam, Dia Mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”. (Q.S. Al-Alaq 96:1-5)





Perintah Membaca

Perintah membaca merupakan perintah yang sangat berharga yang diperintahkan kepada manusia. Sebagaimana telah dtetapkan Allah bahwa wahyu sebagai wahyu yang pertama diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara malaikat Jibril dibulan Ramadhan, dengan seruan “Iqra’ bismi rabbikal-ladzii khalaq”, yang artinya ”Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan”. Perintah membaca ini oleh Allah dianggap penting sehingga di wahyukan pertama dan diulang tiga kali di dalam ayat ini, yaitu surah Al-Alaq ayat 1-3.

Ketika malaikat Jibril menyuruh Nabi Muhammad SAW untuk membaca tentu saja membuat beliau kaget, karena selama ini Nabi SAW dikenal sebagai ummi, atau buta aksara, atau buta huruf, yaitu orang yang tidak bisa baca tulis. Wajar pula kalau kita bertanya-tanya kenapa orang yang tidak pandai baca-tulis diperintahkan untuk membaca. Rasa heran ini terjawab karena memang perintah Allah untuk membaca ini tidak semata ditunjukkan kepada pribadi Rasulullah, namun juga untuk seluruh umat manusia di dunia ini sampai akhir zaman nanti.

Dan kalau kita telusuri, perintah “bacalah” ini, tidak kita temukan apa obyek yang harus dibaca. Dalam ayat ini perintah membaca memang tidak dikaitkan dengan suatu obyek tertentu, jadi perintah ini bersifat umum. Bisa diartikan dengan membaca buku, koran, majalah, atau bisa saja Kitab Suci dan bisa pula diartikan dengan membaca alam raya dan seluruh ciptaan Allah SWT yang ada di dunia

Kisah Turunnya Wahyu Pertama

Turunnya wahyu pertama yang berisi perintah membaca, diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Siti Aisyah RA dalam sebuah hadis yang panjang. Cuplikan singkat dari hadis tersebut adalah sebagai berikut ‘“Aisyah RA berkata: ‘‘Waktu itu Rasulullah SAW sedang menyendiri dan beribadah di Gua Hira dan dikejutkan dengan datangnya malaikat (Jibril) secara tiba-tiba, lalu berkata: ‘Bacalah!’ Rasulullah SAW menjawab: ‘Aku bukanlah seorang yang pandai  membaca’. Kata Rasulullah SAW, lalu dia mengambilku, kemudian memelukku hingga aku merasa kepayahan. Setelah itu dia melepaskanku, lalu dia mengatakan ‘bacalah’. Aku menjawab lagi ‘ Aku tidak pandai membaca’ lalu dia memelukku kembali, sehingga aku pun merasa kepayahan. Setelah itu dia melepaskanku dan mengatakan ‘bacalah’ Aku pun mengatakan lagi ‘ Aku tidak dapat membaca’. Untuk ketiga kalinya dia memelukku sehingga aku pun merasa payah. Setelah itu dia melepaskan aku dan membacakan. ‘Bacalah dengan nama Tuhanmu Yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmu-lah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar manusia dengan perantara kalam, Dia Mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya’.
Setelah menerima wahyu pertama itu Nabi SAW pun pulang. Sekujur tubuhnya bergetar. Setibanya di rumah Khadijah, beliau berkata ‘Selimutilah aku! Selimutilh aku!’ Khadijah pun segera menyelimutinya, sehingga rasa takut pun hilang dari beliau, lalu beliau berkata ’Wahai Khadijah, apa yang terjadi denganku?’ Kemudian Rasulullah SAW menceritakan peristiwa itu kepada Khadijah dan mengatakan ‘Aku sangat takut sesuatu akan menimpa diriku’. Lalu Khadijah berkata kepada beliau ‘ Sekali-kali tidak. Bergembiralah! Demi Allah, Allah tidak akan menghina kamu…’”’. (Tafsir Ibnu Katsir tentang surah Al-Alaq ayat 1-5).

Demikian kisah turunnya wahyu pertama, dengan dimulai perintah “bacalah” yang membuat Nabi SAW sangat ketakutan dan kepayahan.

Manfaat Membaca

Tentang manfaat membaca bagi setiap orang, tidak perlu diragukan lagi. Tentu saja ada yang istimewa dengan perintah membaca ini, sehingga Allah menempatkannya sebagai wahyu pertama-Nya. Sudah barang tentu ada banyak sekali manfaat yang dapat kita ambil dari kegiatan tersebut. Membaca ibarat ilmu sumur yang tidak pernah kering, semakin banyak membaca, semakin banyak ilmu yang dapat diambil. Dengan membaca, dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan sertadapat belajar dari pengalaman orang lain.

Membangun Peradaban

Prof. Dr. M. Quraish Shihab dalam bukunya yang berjudul “Lentera Hati”, menanggapi manfaat membaca, yaitu salah satunya ialah dapat membangun peradaban manusia. Berdasarkan penilitian, bacaan seseorang bisa mempengaruhi pada kualitas pribadinya, semakin mantap bacaan seseorang, maka semakin tinggi peradaban manusia. Kualitas dari bacaannya akan menghantarkan manusia kepada kemajuan atau kemunduran masyarakatnya.

Selain itu, dari hasil riset terakhir ilmu yang berhubungan dengan otak manusia, ditemukan bahwa bagi mereka yang rajin membaca buku dapat terhindar dari kerusakan jaringan otak di masa tuanya, bahkan berdasarkan penelitian para ahli, membaca buku dapat membantu seseorang untuk menumbuhkan syaraf-syaraf baru di otak dimana tumbuhnya sel-sel syaraf baru itu berlangsung hingga akhir hayatnya.

Gudang Ilmu

Buku adalah gudangnya ilmu dan hanya dengan membacanya kita dapat meraih berbagai macam ilmu pengetahuan darinya. Di zaman sekarang, di mana penerbitan sudah seperti jamur di musim hujan, sangatlah mudah mendapatkan buku yang kita inginkan. Beribu macam jenis buku bisa didapatkan di toko-toko buku, di emper-emper pertokoanatau bahkan sudah banyak dijajakan keliling, di dalam bus kota oleh para pedagang dan juga di halaman masjid ketika usai shalat Jum’at.

Sangat Bermanfaat

Ada buku-buku bacaan ringan seperti novel, komik, atau majalah hiburan, namun ada pula buku-buku ilmiah popular yang sarat ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia seperti buku cara berternak unggas, buku kuliner atau buku resep makanan, buku ensiklopedia yang berjilid-jilid dan buku-buku agama yang memuat berbagai masalah hidup beragama yang benar, juga jangan lupakan Kitab Suci dengan berbagai ukuran, sebagai pedoman hidup bagi manusia. Semua itu adalah gudang ilmu yang sudah tentu tidak ada manfaatnya kalau tidak pernah sama sekali kita membacanya. Semain banyak nuku yang kit abaca, semakin banyak juga ilmu dan wawasan yang kita dapatkan.

Kerajingan Baca

Coba kita tanyakan pada diri kita masing-masing, berapa jam sehari waktu yang kita pergunakan untuk membaca. Entah membaca koran, majalah, buku ilmiah atau membaca dan memahami Al-Qur’an… atau malah tidak pernah sekali pun hari-hari anda dimanfaatkan untuk membaca? Padahal kalau kita mau menelusuri kehidupan beberapa tokoh polular di dunia, ternyata mereka termasuk manusia yang “Kerajingan Membaca”, gila buku atau sering disebut biblioholic. Mereka membaca buku dimana pun dan kapan pun.
Gila Baca Buku

Konon ada beberapa tokoh dunia yang gila dalam hal membaca buku, diantaranya sebut saja Napoleon Bonaparte, saking sukanya ia membaca buku, dia sampai menyimpan lemari bukunya di dalam kereta yang ia tumpangi. Plyni Elder pelopor pembuat ensiklopedia, lebih suka naik kereta api yang tertutup agar dia dapat membaca buku dengan tenang. Banyak pula tokoh-tokoh Islam dunia yang menghabiskan waktunya hanya untuk menimbah ilmu agamanya dengan membaca dan menulis, seperti Ibnu Taimiyyah, Ibnu Qayyim, Ibnu Hajar, dll. Di Indonesia sendiri, Prof. Dr. Hamka adalah tokoh Islam yang rajin membaca dan menulis buku agama walau di dalam penjara sekalipun.
Baca Sambil Makan

Imam Nawawi menulis tentang penuturan Syaikh Abdul Azhim mengenai kehidupan Syaikh Ishaq bin Ibrahim al-Muradi, katanya: “Aku belum pernah melihat dan mendengar orang yang lebih banyak kesibukannya melebihi Ishaq bin al-Muradi. Beliau senantiasa terbenam dalam kesibukannya sepanjang siang hingga larut malam. Aku bertetangga dengan beliau. Setiap kali aku terjaga di keheningan malam selalu terbiasa sinar lentera dari dalam rumah beliau dan beliau terlihat sangat sibuk menimbah ilmu dengan membaca, bahkan sewaktu beliau sedang makan pun, masih menyempatkan diri untuk membaca kitab”.

Sejak Usia Dini

Berdasarkan penelitian para ilmuwan, kegemaran membaca sebaiknya dilatih sejak usia dini, bahkan ketika anak-anak belum mengenal huruf sekali pun. Anak-anak yang baru mulai bisa membaca sebaiknya orang tua membelikan buku bacaan yang cukup menarik bacanya, misalnya buku bacaan yang bergambar dengan warna yang menarik sehingga anak menyukainya. Karena gambar dan warna mampu meningkatkan daya ingat anak terhadap apa yang dibacanya.

Anak-anak yang sejak dini terbiasa dibacakan cerita oleh orang tuanya dapat menguasai 4.000 – 12.000 kosakata baru dalam setahun. Kita semua mengenal ulama besar yang madzabnya dipakai oleh sebagian besar umat Islam di Indonesia, yaitu Imam Asy-Syafi’i, beliau sejak usia dini suka dan sudah dibiasakan membaca kalam Allah SWT, sehingga ketika beliau berusia tujuh tahun beliau sudah hafal Al-Qur’an. Subhanallah!!! Bagaimana dengan kita??? (sumber : Lembaran Dakwah Uswatun Hasanah).  TAMAT

SEMOGA YANG SAYA TULIS INI BERMANFAAT BAGI KITA SEMUA

Kamis, 20 Oktober 2011

Mobil Pintar = Kristenisasi

Nama besar program Mobil Pintar yang digagas Ibu Negara Ani Yudhoyono dan istri para menteri negara diselewengkan oknum misionaris untuk melakukan kristenisasi di SD Negeri dan SD Islam Bekasi. Pemerintah harus mengusut tuntas oknum misionaris yang mencoreng dunia pendidikan dengan isu SARA ini.

Untuk meningkatkan pendidikan dalam mencerdaskan bangsa, Ibu Negara Ani Yudhoyono dan para istri menteri Kabinet Indonesia Bersatu membentuk SIKIP (Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu).

Tiga program andalan SIKIP untuk mencerdaskan bangsa adalah Mobil Pintar, Motor Pintar dan Rumah Pintar yang digagas oleh Ibu Ani Yudhoyono. Tiga program ini mengacu pada UU No. 43 th 2007 tentang Kebijakan PKM, yaitu Pembudayaan Kegemaran Membaca (PKM) dilakukan melalui Keluarga, Satdik dan Masyarakat, antara lain: pertama, Keluarga, difasilitasi Pemerintah dan Pemerintah Daerah melalui buku murah dan berkualitas, Kedua, Satdik, dengan mengembangkan dan memanfaatkan perpustakaan sebagai proses pembelajaran, dan ketiga: Masyarakat, penyediaan sarana perpustakaan di tempat umum yang mudah dijangkau, murah dan bermutu.

Dalam situs resminya disebutkan misi dan visi Mobil Pintar adalah sebagai sumber belajar dan program pembelajaran multi fungsi. Sumber belajar dalam Mobil Pintar meliputi buku bacaan yang 85% untuk anak-anak, CD interaktif, arena panggung dan perangkat komputer jenis laptop serta arena permainan edukatif. Program pembelajaran dirancang untuk mengembangkan seluruh potensi kecerdasan. Program pelayanan pendidikan ini diberikan secara gratis. Setiap pembelajaran dimulai dengan jingle Mobil Pintar.

Sayangnya, dalam praktiknya di Bekasi, nama program Mobil Pintar yang digagas oleh Ani Yudhoyono ini diselewengkan oleh para misionaris   untuk melakukan kristenisasi. Fakta-fakta adanya kristenisasi terungkap dalam insiden di SD Negeri Mangunjaya 01 & 05 pada Kamis (6/10/2011), dan di SD Islam Al-Hikmah pada Kamis, (13/10/2011).

Muhammad Faisal MMPd, Praktisi Pendidikan Luar Sekolah (PLS), menyayangkan insiden bernuansa SARA yang mencoreng dunia pendidikan yang dimotori Ibu Negara Ani Yudhoyono tersebut. Menurutnya, pemurtadan di kalangan sekolah adalah pembodohan terhadap umat Islam yang harus diperangi. “Bila ditunggangi misi Kristenisasi, maka Mobil Pintar itu tidak mencerdaskan, tapi justru membodohi umat,” ujarnya kepada voa-islam.com, Jum’at (14/10/2011).

Menurutnya, misi terselubung dalam Mobil Pintar di SD Bekasi adalah penyimpangan yang harus diusut tuntas oleh pemerintah, karena mencoreng nama Ibu Negara sebagai pemrakarsa program tersebut. “Seharusnya, sebagai perpustakaan berjalan, Mobil Pintar itu harus menyediakan aneka buku bacaan untuk rakyat. Anehnya, Mobil Pintar di Bekasi ini berisi roti, susu dan alat tulis bercorak Kristen yang disinyalir untuk program kristenisasi terselubung. Ini memalukan dunia pendidikan,” kecam Faisal yang juga Pembina Gerakan Pelajar Anti Pemurtadan Bekasi (GPAPB) itu. “Usut tuntas penyalahgunakan Mobil Pintar ini. Secara tidak langsung, oknum-oknum ini mencatut Ibu Ani Yudhoyono,” tandasnya.

Selain mendesak pemerintah mengusut tuntas, Faisal mengimbau umat Islam untuk bersatu memerangi gerakan pemurtadan, karena misi mereka sudah melampaui batas kewajaran. “Oleh karena itu umat Islam harus bersatu padu untuk memerangi gerakan pemurtadan yang sudah merambah dunia Pendidikan,” imbaunya.

Senada itu, Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Bekasi, Bernard Abdul Jabbar mengecam keras misi Kristen yang dipaksakan ke dunia pendidikan secara licik itu. Menurutnya, kristenisasi berkedok Mobil Pintar ini adalah gaya baru pemurtadan untuk mengejar target menjadikan Indonesia 50 persen Kristen.

“Kristenisasi yang dilakukan terhadap SD Negeri dan SD Islam di Mangunjaya Tambun Bekasi ini adalah modus baru. Misi terselubung yang mempergunakan fasilitas negara ini mereka lakukan untuk mengejar program jangka panjang limapuluh tahunan. Mendekati tahun 2020 ini mereka ingin mengkristenkan Indonesia dengan menargetkan 50 persen Kristen,” ujarnya di kantor Dewan Dakwah Bekasi, Kamis malam (13/10/2011). “Mereka tak segan-segan mencatut yayasan yang digawangi Ibu Ani Yudhoyono,” tambahnya.

Menurut dai yang akrab disapa Ustadz Bernard ini, kelicikan misi kristenisasi di SD Negeri dan SD Islam itu biasa dijustifikasi dengan ayat-ayat Alkitab (Bibel). “Apa yang mereka lakukan ini mengacu pada Injil Matius pasal 10 ayat 16. Mereka licik seperti ular dan santun bagai merpati,” jelasnya.

Karenanya, Bernard mengimbau para guru baik guru SD Negeri maupun guru SD Islam agar meningkatkan kewaspadaan dalam menjaga akidah anak didiknya.

“Para guru harus selalu waspada dan mengawasi gerak-gerik misionaris di dunia pendidikan,” ujar ustadz mantan misionaris Katolik ini.

Agar insiden SARA di dunia pendidikan ini tidak terulang, Bernard mendesak pemerintah untuk menangkap dan mengusut tuntas para misionaris berkedok Mobil Pintar itu. “Pemerintah harus menindak tegas oknum-oknum tak bertanggung jawab yang memakai fasilitas negara dan mencatut yayasan para pejabat negara. Bila tidak, maka dunia pendidikan akan kacau karena bisa memicu sentimen SARA antikristen,” pungkasnya. (sumber : voa Islam)